Sebuah restoran di sudut kota Seoul tampak sangat ramai siang itu. Seperti hari- hari biasanya restoran ini selalu dipenuhi pengunjung yang kebanyakan adalah pasangan kekasih. Di salah satu sudutnya terlihat seorang namja yang terus saja digoda oleh yoeja di dekatnya. Si namja kelihatan sangat tidak tertarik dengan yoeja itu, tapi dia tidak bisa berbuat apa- apa karena nyatanya si yoeja terlalu keras kepala.
“ Harus berapa kali aku menyadarkanmu Yoon Ae sshi, aku tidak bisa menerima cintamu. Sudah ada wanita lain dalam hidupku.......” Ucap si namja untuk yang kesekian kalinya,
“ Ani, aku tidak percaya. Tunjukkan dulu yoejachingumu itu baru aku percaya. ” Jawab Yoon Ae santai sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dia yakin Woo Young hanya berbohong.
Woo Young gelagapan menjawab tantangan Yoon Ae, berulang kali dia melengok ke luar dan sesekali melihat jam tangannya.
“ Bagaimana?? Apa dia bisa datang?? Atau seperti yang dulu- dulu, yoejachingumu sedang sibuk, sakit, banyak urusan, and bla...bla....bla....” Yoon Ae tersenyum melihat wajah gusar Woo Young. Bingo, sudah jelas Woo Young berbohong.
“ Tidak....... itu dia!!” Pekik Woo Young kegirangan menunjuk ke arah pintu. Seorang yoeja dengan tubuh tinggi semampai berjalan ke arah mereka.
Yoeja ini seperti model, kakinya sangat jenjang dengan kulit seputih susu. Rambut coklatnya digerai di bawah pundak jatuh sempurna dengan ikal gelombangnya. Baju, tas, sepatu semua yang terpasang di tubuhnya barang branded menunjukkan setinggi apa selera fashionnya.
Tepat setelah yoeja ini tiba di kursi Woo Young, dia langsung merangkul dan memeluk mesra namja bermata sipit ini.
“ Oppa, mianhae yo... aku tidak membuatmu menunggu lama kan??” Senyumnya yang manis diumbar memamerkan deretan gigi seputih mutiara dan sebuah lesung pipi tunggal di wajahnya.
“ Aniyo yoebo, aku tidak masalah menunggu lama asalkan bisa melihatmu......” Woo Young mengecup pelan pipi yoejachingunya. Kemudian dia berbalik menatap Yoon Ae yang saat ini terlihat kaget setengah mati. Matanya melebar, dan rahangnya bisa jatuh bila dia tak segera menaikkannya.
Woo Young berulang kali mengibas- ngibaskan tangannya di depan Yoo Ae.
“ Yoon Ae sshi kwencana?? Yoo Ae sshi??”
“ Siapa dia oppa??” Tanya yoejachingu Woo Young terlihat tidak senang. Dia memperhatikan Yoon Ae dari kepala sampai ujung kaki.
“ Ah dia teman dan kami tidak sengaja bertemu di depan tadi yoebo......” Ucap Woo Young sangat lembut berbeda sekali ketika dia berbicara dengan Yoon Ae, dingin dan kasar.
“ Ohh.... benarkah?? Ingat oppa, kita sudah bertunangan dan jangan coba bermain- main di belakangku ne??” Yoeja bermata indah itu meliuk- liukkan ucapannya, sangat manja terdengar di telinga siapapun. Terutama Yoon Ae, bila bisa pasti dia sudah memaki yoeja di sebelahnya karena telah berani bermanja- manja dengan Woo Young, pujaan hatinya.
“ Omo...... tentu saja Kang Sora, my sweety, kau harus percaya, oppamu tidak akan melakukan hal seperti itu.....” Jawab Woo Young sembari memegang tangan Sora. Membuat lagi- lagi gadis itu tersenyum bangga memamerkan kemesraan mereka pada Yoon Ae.
Yoon Ae tidak bisa lagi melihat lebihl ama kemesraan yang mereka tunjukkan. Hatinya sudah tercabik- cabik menyadari dia tidak lagi memiliki kesempatan mencintai Woo Young namja yang sudah menjadi sahabatnya selama bertahun- tahun itu.
“ Youngie....... sepertinya aku harus pergi, masih ada urusan lain yang menungguku........” Yoon Ae bahkan tidak kuasa memandang Woo Young, dia terus menundukkan kepalanya dan memilih pergi begitu saja.
Setelah Yoon Ae tak terlihat lagi Woo Young langsung menghela nafas berat dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Dia mengeluarkan selembar cek dari saku kemejanya dan menyerahkan kertas itu pada Sora.
“ Ini sisa pembayarannya, terima kasih atas kerja samanya Sora sshi....” Kata Woo Young sopan. Kini Sora tidak lagi duduk di pangkuannya tapi berpindah ke tempat duduk di depan Woo Young.
“ Sama- sama, senang bisa bekerja sama denganmu Woo Young sshi, dan bila kau memerlukan bantuanku lagi jangan sungkan, ini kartu namaku......”
“ Tapi jujur saja Woo Young sshi, aku tidak merasa Yoon Ae sshi itu buruk. Sepertinya dia sangat mencintaimu, lalu kenapa kau menolak cintanya? Bukankah kalian sudah kenal sejak lama??” Sora bertanya tanpa sadar namun secepat itu pula dia menyesal karena tidak seharusnya dia ikut campur.
Sora mengibas- ngibaskan tangannya sambil tertawa aneh.....“ Ah...ha... kau tidak usah menjawabnya, seharusnya aku tidak bertanya seperti itu..”
“ Tidak Sora sshi, kau benar . Tidak seharusnya aku membuat Yoon Ae sakit hati. “ Woo Young menerawang. Di dalam hati sebenarnya dia mencintai Yoon Ae, sudah sejak lama bahkan saat mereka masih sama- sama kecil. Tapi Woo Young tidak bisa berbuat apa- apa karena tidak lama lagi dia akan pergi.
Sora POV
Aku tinggalkan namja itu sendiri dalam lamunannya. Sepertinya dia mencintai gadis itu, tapi kenapa dia berbuat seperti ini? Aku tidak habis pikir, tapi sudahlah semua itu bukan urusanku.
Aku masih menyusuri jalanan saat ponselku bergetar,
Sepertinya tugas lagi, kali ini apa ya?
“ Ne, ada apa Hyukie??”
“ omo... pelankan suaramu, gendang telingaku bisa rusak, ne, ne, ne aku tahu.... aku akan segera kesana.......” Hyuk Jae terus saja mendikteku tentang misi apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Dia salah satu rekan kerjaku, tugasnya mengomando teman- teman di lapangan tentang pekerjaan apa, dimana, dan bagaimana pekerjaan itu harus diselesaikan. Terkadang aku sebal dengan kebawelannya, tapi aku tidak pernah bisa marah padanya. Hyuk Jae selalu bisa membuatku tertawa ketika puncak kemarahanku hampir meledak, dia bisa mengubah suasana hatiku dengan cepat, entah bagaimana dia bisa melakukannya. Mungkin karena kami tumbuh dewasa bersama, jadi dia sudah sangat mengenalku. Hyuk Jae sudah menjadi teman, sahabat, rekan, bahkan kakak bagiku. Sangat lucu bila mengingat bagaimana pertama kali kami bertemu, hahahahaha......... dia tidak sengaja menabrakku membuat lolipop yang kupegang jatuh. Melihat lolipop pemberian ahjumma berlumuran tanah sontak aku menangis, tidak ada yang salah karena saat itu aku berusia lima tahun. Tapi apa yang dilakukan Hyuk Jae, bocah yang sudah berusia sembilan tahun itu ikut menangis dan malah lebih kencang daripada tangisanku, ingusnya jatuh kemana- mana. Aighoo..... hahahaha......... aku masih saja tidak bisa melupakan pengalaman itu, kami menangis saling beradu siapa yang paling keras sampai akhirnya ada ahjumma baik hati yang membelikan kami lolipop. Senang mendapat lolipop baru, Hyuk Jae menggandengku dan mengajakku bermain ayunan. Mulai saat itu, kami berteman dan tidak pernah terpisahkan.
Sebuah mobil fan melintas di depanku, aku langsung masuk ke dalam dan disambut oleh beberapa rekanku yang lain.
“ Berapa lama waktumu Sora??”
“ Tiga puluh menit.....”
“ Apa??? Setengah jam?? Dan sekarang kau masih di sini?? Apa mungkin??” Sena terus bertanya meski tangannya sibuk membantuku berganti baju.
“ Tidak ada yang tidak mungkin bagi Kang Sora, tenanglah Lee Sena.... aku bisa melakukannya.....” Aku sudah selesai mengganti penyamaranku untuk tugas selanjutnya. Kini aku harus menjadi petugas reparasi dan menyelinap ke sebuah perumahan elit di kawasan Gangnam. Kubetulkan letak topiku untuk menyembunyikan rambutku yang panjang.
Melewati gerbang dan beberapa penjaga bukan kendala bagiku.
Sampailah aku di sebuah rumah yang sangat besar, bahkan aku tidak bisa mengira- ngira berapa luas tanah rumah ini karena terlalu besarnya.
Seorang ahjumma mengantarku menuju sebuah kamar, “ ini kamar yang harus kau ganti lampunya anak muda, hati- hati jangan menyentuh barang- barang lainnya. Kerjakan dengan cepat sebelum tuan muda datang, dia tidak akan suka melihat orang lain masuk ke dalam kamarnya.....” Owh Ahjumma ini bawel sekali, aku hanya mengangguk mendengar setiap ucapan yang meluncur dari mulutnya. Tidak cukupkah aku mendengar kebawelan Hyuk Jae dan kini si ahjumma.
“ Aku tidak mengerti kenapa tuan besar repot- repot memanggil petugas pengganti lampu sendiri?? ah sudahlah......” aku masih bisa mendengar ahjumma ini bergumam saat dia berjalan keluar kamar. Aku langsung cepat- cepat mengganti lampu dan segera turun dari tangga lipat yang menopang berat tubuhku. Bukan mengganti lampu misiku yang sebenarnya, ini hanya taktik agar aku bisa mengambil sesuatu yang diperintahkan oleh klien kami. Hyuk Jae bilang aku harus mencari sebuah kotak kayu dan mengambil isi di dalamnya. Pertama- tama aku memeriksa semua laci, satu persatu kubuka laci- laci itu namun tak ada tanda- tanda benda yang kucari. Pencarianku berlanjut di sekitar tempat tidur, tapi di sini juga tidak ada.
Saat sibuk mencari mataku tak sengaja melihat sebuah foto dalam bingkai,” Kurasa dia pemilik kamar ini...... mmm....... tidak begitu buruk, tapi ada apa dengan ekspresinya ini?? oohh...... kaku sekali.....” kuambil bingkai foto itu mencoba mengamatinya lebih dekat, wajahnya tirus dengan dagu yang kokoh dan hidung mancung. Rambut coklatnya tertata rapi dengan gaya rambut masa kini. Tapi kurasa benar- benar ada yang salah dengan ekspresinya, sepertinya dia sedang menahan sesuatu? Apakah dia ingin buang angin dengan wajah seperti itu??
“ Iya, dia memang benar- benar sangat kaku, apa ini bisa disebut senyuman?? Aigoo.......ckckckckck.....” Pikiranku jadi melayang kemana- mana. Segera kuletakkan kembali bingkai foto itu di tempat asalnya saat tanganku tanpa sengaja menyenggol sesuatu. Untung saja benda itu tidak jatuh.
Sebuah kotak kayu terletak di belakang foto itu......
“ Ah...... ini yang kucari, kenapa aku tidak melihatnya tadi.. aneh..............” Pekikku pelan, segera kuambil kotak itu kemudian membukanya, pasti isinya benda sangat berharga karena klien kami sangat ingin mendapatkannya.
Begitu membuka dan melihat isi di dalamnya aku benar- benar di buat tercengang, aku sangat syok bukan karen